Posted in Automattic, WordPress

Setahun Happiness di Automattic

Tidak terasa sudah hampir setahun saya bekerja menjadi Happiness Engineer di Automattic. Bagi yang tidak familiar, Automattic ini adalah perusahaan di balik WordPress. Sehari-hari pekerjaan saya adalah memberikan dukungan teknis (technical support) kepada pengguna atau customer WordPress.com lewat live chat dan email.

Selain WordPress.com, produk Automattic juga adalah WooCommerce, Jetpack, VaultPress, Akismet, Tumblr, dll.

Saat ini karyawan Automattic sebanyak lebih dari 1.100 orang tersebar di 63+ negara, dan semuanya (termasuk CEO-nya) bekerja dari rumah masing-masing atau di lokasi mana saja yang mereka mau. Beberapa rekan saya suka berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain, karena dia suka hidup nomad.

Banyak hal luar biasa yang terjadi pada saya selama setahun belakangan ini. Ini adalah pekerjaan yang ideal buat saya, dan saya impikan sejak dulu. Yaitu bisa bekerja dari rumah, bisa bebas memilih jam kerja sendiri, berkecimpung di dunia blogging –yang memang hobi saya–, bisa traveling ke berbagai negara, dan bisa bekerja di perusahaan di balik platform WordPress yang digunakan oleh sepertiga dari situs yang ada di web.

Nah, bagaimana saya sampai kecemplung di Automattic? Berikut kisahnya. πŸ˜€

Mengenal WordPress

Happy 12 anniversary with WordPress.com

Cerita bermula di tahun 2008 di saat orang-orang sedang mulai gandrung dengan blogging. Ada beberapa platform CMS waktu itu, salah satunya WordPress. Saya menemukan banyak blog keren yang pakai WordPress.

Dan entah kenapa saya langsung tertarik dengan nama WordPress. Juga logonya, tampilan dasbornya, editornya enak, dsb. Bisa dibilang jatuh cinta pada pandangan pertamalah. Dan rupanya memang berjodoh πŸ™‚

Sejak itu saya setia blogging di WordPress walaupun isinya nggak yang bermutu-bermutu banget πŸ˜€ Tapi saya menikmati kegiatan menulisnya. Meskipun harus bersusah payah ke warnet atau rental komputer dengan internet yang loadingnya lama. Setiap ada tema baru, mesti saya coba ngutak ngatik. Yang menarik buat saya juga adalah, setiap versi pembaruan WordPress itu menggunakan nama musisi jazz. Terakhir dinamakan “Adderley”, diambil dari nama Nat Adderley, musisi jazz Amerika, seorang pemain trumpet.

Mengapa jazz? Karena WordPress ini dibangun dari kontribusi banyak orang, yaitu komunitas yang bahu membahu mengembangkan aplikasi ini. Ada yang berkreasi membuat tema, plugin, penyedia hosting, dan juga pembuat kustomisasi khusus WordPress. Jadi seperti kolaborasi musisi jazz di panggung.

Menemukan lowongan

Jadi demikianlah, tahun demi tahun saya blogging santai dengan WordPress, sampai suatu ketika di tahun 2018, secara tidak sengaja saya menemukan link lowongan kerja Automattic ketika mengoprek-oprek salah satu blog saya.

automattic.com/jobs

Saya pikir, perusahaan manapun yang punya ide memasang lowongan kerja di HTTP header pastilah bukan perusahaan biasa. Dan betul.

Tercenganglah saya bahwa perusahaan ini mempekerjakan orang dari seluruh dunia dan semua kerja dari rumah. Dan mereka mengadakan meetup tim setahun 2-3 kali di berbagai negara. Belum lagi benefit lain seperti home office setup, coworking allowance buat beli-beli kopi sambil kerja di kafe, reimburse untuk segala software/hardware yang diperlukan, dsb. Lengkapnya bisa dibaca di sini.

Dari semua lowongan, saya sangat tertarik dengan posisi Happiness Engineer. Kalau ada hal yang ingin saya lakukan sampai tua, itu adalah membawa kebahagiaan bagi banyak orang.

Maka mulailah saya membaca kisah-kisah orang yang menjadi Happiness Engineer di blog ini. Bagaimana mereka menjalani kesehariannya, bagaimana cara kerja dan budaya Automattic, dsb. Diam-diam saya bertekad ingin melamar. Tapi saya merasa tidak PD waktu itu karena merasa skill kurang, dan ini perusahaan internasional pula…bla bla bla… Apakah ini mungkin buat saya yang bermental keripik ini?

Jadi saya tidak langsung melamar pada waktu itu. Saya hanya bolak-balik membaca lowongannya dan belajar mengoprek-oprek WordPress lagi dengan serabutan.

Bukan mission impossible

Beberapa bulan kemudian, di akhir tahun 2018, tiba-tiba saya mendapat info bahwa Automattic bekerjasama dengan Support Driven mengadakan WordPress Support course untuk perempuan se-Asia Tenggara. Tanpa pikir panjang, saya mendaftar. Workshopnya berlangsung online selama 6 minggu. Materinya tentang customer support dan filosofinya, troubleshooting WordPress, menggunakan perangkat produktivitas, dan bagaimana membangun karir di dunia support. Penyaji materinya adalah para Happiness Engineer Automattic.

User support bukan hal yang baru buat saya, karena saat itu saya sudah 3 tahun bergabung sebagai volunteer di Forum Bantuan Google sebagai Pakar Produk yang setiap harinya menjawab pertanyaan pengguna Google di forum. WordPress juga bukan hal baru.

Tapi materi-materi dari workshop ini membuka pikiran saya bahwa karir di dunia support itu terbentang persis di hadapan saya sekarang, dan bukan hal yang mustahil kalau saya mulai (di umur yang sekarang) untuk menjadi user support professional.

Setelah mengikuti workshop ini, saya semakin termotivasi untuk melamar kerja di Automattic. Tapi tetap saja, masih ada rasa minder. Saya ini perempuan, tidak muda lagi, ilmu coding cetek, tinggal jauh di kampung, kurang gaul pula, apa cocok ya menjadi seorang “technical support” untuk produk yang dipakai ratusan juta situs web. Saya tanya kakak-kakak saya, tanya teman, tanya sana sini pokoknya, apa saya kira-kira bisa ya? Saya coba atau enggak ya? Kalo coba trus malu-maluin gimana?

Sampai pada tanggal 8 Maret 2019, pada Hari Perempuan Internasional, seseorang membagikan link pos ini di Twitter: Stop Sabotaging Your Own Success: A Manifesto ditulis oleh Sara Rosso.

Berikut ini bagian yang menohok saya:

The reality is, in most cases no one will be there to give you permission to act. To try. To succeed. And to fail. No one will take you by the hand and say, β€œNow it’s time. You’re ready.”

You can be surrounded by a loving family and supportive friends, but ultimately that conviction has to come from within you. So give it a chance. No, not just that. PUSH IT.

And leap. And try. And do.

And yes, you might fail. And yes, you might sometimes look stupid. Or unprepared. Or lost. Or audacious. Or wrong. Or arrogant. Or ballsy. But you also might not. You might surprise yourself. 

Dan iya. Saya kemudian kaget lho karena ternyata saya bisa.

https://platform.twitter.com/widgets.js

Tadinya saya pikir saya mau buat satu tulisan, tapi ternyata postingan ini jadi panjang. Masih ada cerita proses melamarnya, proses wawancara, tes, dan trial (percobaan kerja). Seperti sudah bisa diduga, perusahaan ini punya cara yang unik dalam proses hiring. Dan sumpah, perjalanannya tidak mudah. Tidak mudah, tapi bukan mission impossible. πŸ™‚

Lanjutan cerita tentang proses melamar ada di sini: Kita sedang maraton, bukan sprint

Buat yang tertarik dengan karir Happiness Engineer di Automattic, kebetulan sekarang lagi dibuka lowongannya. Dan jangan khawatir, selama proses tes, wawancara dan trial, itu semua dilakukan dari rumah masing-masing. Jadi di kondisi wabah seperti sekarang, tetap bisa melamar kerja dengan physical distancing.

Cek di sini ya: https://automattic.com/work-with-us πŸ™‚

Author:

Happiness Engineer at Automattic | WordPress enthusiast | Google Product Expert for Indonesian Google Webmaster forum | Singing all the time 🎡

5 thoughts on “Setahun Happiness di Automattic

Leave a comment